Sejujurnya saya bingung mau memulai cerita ini dari mana. Saya sendiri masih nggak nyangka bisa ada dalam fase yang sekarang ini. Karena tadinya, bagi saya misalnya saya 'sendirian' seumur hidup juga nggak apa-apa banget. Saya tidak mau memaksakan menikah hanya karena sekadar tuntutan sosial, usia, atau alasan-alasan yang sangat mengganggu lainnya, dan si pacar pun tau hal ini.
Sebelum kami memutuskan untuk menjalani ke tahap yang lebih serius, tentunya kami mendiskusikan banyak hal. Salah satunya ya soal keyakinan kami satu sama lain, apakah sudah benar-benar yakin untuk terus melangkah atau belum. Saya pun menegaskan ke pacar saya kalau kamu memang tidak/belum yakin dengan saya, jangan dipaksakan.
Seiring waktu berjalan, kami semakin mengenali karakter masing-masing. Perdebatan dan perbedaan pola pikir selalu ada. Apalagi kami berasal dari latar belakang pendikan yang berbeda. Namun pada akhirnya kami mulai menemukan titik temu dan jalan keluar dari setiap persoalan yang kami hadapi. Itu salah satu yang menjadi landasan kami untuk melanjutan hubungan ini ke tahap selanjutnya.
Tidak ada lamaran romantis, bahkan sekadar pertanyaan "will you marry me?' pun tidak. Kebetulan saya juga tipikal perempuan yang justru merasa 'jengah' dengan perlakuan romantis bak princess-princess disney gitu. Hanya ketika waktu yang sudah kami sepakati, si pacar membawa orang tuanya kerumah saya. Pertemuan keluarga yang terasa hangat dan sangat kekeluargaan. Dari pertemuan itulah, sampai pada kesimpulan bahwa pernikahan kami di rencanakan akan diselenggarakan inshaaAllah sebelum akhir tahun 2022, prosesi Lamaran inshaaAllah akan diadakan sebulan sebelum hari H. Hmm yang saya rasakan sangat campur aduk. Ya seneng, tapi ya bingung juga, tapi juga rada nggak percaya. Campur aduk banget pokoknya.
Setelah pertemuan keluarga malam itu, pencarian vendor pun dimulai. Dimulai dari mencari gedung yang sesuai, ya sesuai budgetnya, sesuai tanggalnya, dan sesuai lokasinya. Setelah menemukan beberapa gedung yang sekiranya masuk dalam kriteria, saya dan mama kemudian men-survey gedung tersebut satu per satu. sampai akhirnya kami yakin untuk memilih salah satu gedung di Jakarta Timur, karena memenuhi kriteria yang kami butuhkan. (untuk rincian vendor akan saya spill di post selanjutnya)
Apakah semuanya berjalan lancar? tentu tidak 😅. Banyak 'kerikil-kerikil' yang cukup menguras emosi saya dan si pacar. Alhamdulillahnya si pacar lebih bisa menenangkan saya sih, bahwa rintangan dan cobaan selalu ada tapi yakin aja InshaaAllah semua bisa dilewati. Apakah saya langsung merasa tenang? tentu tidak juga😅. Beberapa kali saya menangis sesenggukan di depan si pacar, karena saya merasa ada hal-hal yang menurut saya 'buntu' banget, yang jujur saya udah nggak tau lagi mesti gimana. Tapi ya lagi-lagi bener kata orang, badai pasti berlalu.
Di tengah 'badai krikil' yang cukup berusaha menghadang, saya dan si pacar pelan-pelan mengurus segala kelengkapan administrasi pernikahan, sambil dibarengi dengan mengontak vendor-vendor yang akan kami pakai nantinya. Kelengkapan administrasi pun ada juga krikilnya (huhu yaAllah...😭), tapi sampai saya menulis post ini, alhamdulillah sudah mencapai 80%, inshaaAllah minggu depan sudah benar-benar final.
PS: foto sengaja saya blur karena semuanya masih dalam tahap persiapan. Dan saya bukan tipikal yang hobi mengumbar foto-foto bersama pacar hehehe 😝
0 Comments:
Post a Comment